RASIONAL.CO.ID, Jakarta – Sebab obrolan ringan antara Pak Johan seorang Pendeta dan Pak Udin seorang Kiyai, mengambil pesan yang menggerakkan hati. Ajakan “menyepi” pada malam tahun baru Masehi menjadi suatu topik yang hangat untuk kita cermati.
Apa itu “menyepi” di malam tahun baru Masehi? Sebelum kita mengetahui makna dibalik kata tersebut, dan bisa menerapkannya. Simak dulu yuk sekilas apa obrolan antara Pak Johan dan Pak Udin.
Pak Udin: “Maaf Pak Johan, bolehkah saya bertanya?”
Pak Johan: “Boleh Pak, silakan.”
Pak Udin: “Khan sebentar lagi 1 Januari Tahun Baru Masehi, biasanya Jemaat nya Pak Johan ngapain aja di malam pergantian tahun tersebut?”
Pak Johan: “Gak ada kegiatan yang istimewa sih Pak Udin. Ya… ibadah seperti biasa nya aja. Malam jam 19.00 sampai jam 20.00 kebaktian di Gereja lalu pulang.”
Pak Udin: “Oh begitu… Jadi gak ada perayaan yang sampai turun ke jalan, memeriahkan dengan kembang api atau petasan, dan meniup terompet untuk tahun baru Masehi ya Pak?”
Pak Johan: “Gak ada kegiatan yang istimewa Pak. Lebih baik melaksanakan ibadah kebaktian di Gereja. Justru banyaknya antusias perayaan tahun baru Masehi dari mayoritas masyarakat di Indonesia yaa. Kebanyakan pergi berbondong-bondong ke ancol, ke TMII, ke puncak dan tempat tempat hiburan, jalan-jalan tumpah ruah penuh, sampe rela macet – macetan.”
Pak Udin: “Iya, Pak.”
Sebab dari obrolan antara Pak Johan dan Pak Udin tersebut dapat kita ambil hikmahnya. Malam tahun baru Masehi hanya sekedar malam biasa pada umumnya, tidak ada yang istimewa seharusnya. Terlebih bagi umat Muslim bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.
Melihat dari jawaban nya Pak Johan yang Jemaatnya lebih meluangkan waktu untuk beribadah di Gereja, menyentuh pikiran kita sebagai umat Muslim untuk turut “menyepi” justru. “Menyepi” dalam konteks ini yakni sebaiknya tidak meriahkan tahun baru Masehi dengan kegiatan perayaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama kita yang semestinya.
Pada suasana perayaan malam tahun baru Masehi, umat Muslim, khususnya kalangan anak muda atau remaja sebaiknya lebih menerapkan berbagai macam ibadah yang dapat meramaikan Masjid atau Musholla seperti dzikrullah atau memperbanyak dzikir, bershalawat kepada Baginda Rasulullah SAW, tadarus Al-Quran, shalat sunnah dan sebagainya. Namun kegiatan tersebut pun tidak mesti dilakukan di Masjid atau Musholla saja, tetapi di rumah masing – masing.
Yang terpenting adalah kita sebagai umat Muslim harus membiasakan dari sekarang bahwa menghabiskan waktu dengan kegiatan yang sia-sia tidak akan memperoleh berkah dan manfaatnya. Lebih baik kita “menyepi” dengan memperbanyak ibadah yang telah dijelaskan sebelumnya atau ber-Tafakur.
Tafakur alam memiliki makna yaitu perbuatan yang diperintahkan dalam agama dan diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai pengetahuan untuk merenungkan berbagai fenomena alam seperti halnya pergantian malam tahun baru Masehi. Tafakur mengedukasi kita terkait fenomena alam untuk memahami tanda-tanda kekuasaanNya. Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 190-191:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”
Dengan memperbanyak mendekatkan diri kepada Sang Khalik di malam pergantian tahun baru Masehi, semoga kita dapat memperoleh ketenangan hati dan pikiran, keselamatan di dunia dan akhirat, serta menggapai ridho Nya. Demikian pesan dan hikmah yang dapat kita ambil dari sebab obrolan antara Pak Johan dan Pak Udin. Jadi, ayo kita “menyepi” di malam tahun baru Masehi.
Sumber: berbagai sumber
Discussion about this post