RASIONAL.CO.ID, Jakarta – Kebijakan satu pintu keberangkatan umrah dikeluhkan penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU) khususnya di daerah. Demi kenyamanan jamaah pemerintah diminta segera menghapuskan kebijakan tersebut.
“One gate system keberangkatan dan kepulangan jamaah melalui Jakarta memang cukup merepotkan,” kata Pemilik Taqwa Tours Rafiq Jauhary saat berbincang dengan Jurnalis belum lama ini.
Rafiq mengatakan selain merepotkan, kebijakan satu pintu ini juga memberatkan jamaah dari segi biaya. Banyaknya biaya yang perlu dikeluarkan jamaah untuk bisa umrah di masa pandemi ini membuat minat masyarakat menurun.
“Selain masalah teknis yang menyulitkan, one gate system akan membuat biaya umrah semakin meningkat,” ujarnya.
Rafiq mengatakan, umrah di masa pandemi ini banyak biaya yang perlu dikeluarkan jamaah, mulai dari biaya skrining kesehatan sampai biaya paket karatina di tanah air dan tanah suci yang harganya tinggi. Untuk itu pemerintah diminta tidak lagi mengeluarkan kebijakan yang membuat pengeluaran jamaah untuk umrah meningkat.
“Peningkatan biaya ini tidak semata masalah biaya transportasi, biaya karantina hingga swab PCR pun dapat meningkat mengingat adanya demand yang tinggi,” katanya.
Menurutnya, meski banyak hotel di sekitar Bandara Soekarno Hatta, Jakarta tidak cukup menampung jamaah umrah yang datang di seluruh dearah. Karena minat masyarakat untuk umrah setiap haris terus meningkata.
“Bayangkan saja hotel di sekitar bandara Soekarno Hatta jumlahnya tidak cukup banyak, sementara jumlah jamaah umrah semakin meningkat Dalam beberapa hari terakhir saja jumlah jamaah umrah yang diberangkatkan sudah mencapai ribuan jamaah,” katanya.
Rafiq mengatakan, durasi menginap jamaah saat karantina di Jakarta lebih lama dibanding di Makkah. Kalau kapasitas asrama haji dan hotel karantina di Jakarta terbatas sementara jumlah jamaah umrah terus meningkat, maka pasti paket harga hotel karantina akan meningkat.
Sumber : Media Partner | Ali Yusuf