RASIONAL.CO.ID, Jakarta – Omicron lebih mudah menular dibandingkan varian Covid-19 lainnya, berdasarkan informasi dari Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus. Ia menyebut bahwa arus penyebaran varian tersebut berbeda dengan varian sebelumnya.
Sama halnya dengan dokter Relawan Covid-19, dr. Muhamad Fajri Adda’i menginformasikan Omicron jauh lebih menular, tapi tidak lebih membahayakan ketimbang varian Delta.
Ada beberapa parameter yang menyatakan bahwa suatu varian baru berbahaya seperti apakah lebih cepat menular, apakah gejalanya lebih berat, dan apakah menghindari sistem imun tubuh.
Ia menambahkan terkait bisa lebih cepat menular, secara mekanistik memang belum banyak penelitiannya atau belum banyak publikasinya. Poin pentingnya ialah ini mengkhawatirkan karena ada 50 titik perubahan bahasa genetik dari virus ini.
Menurutnya, sebanyak 30 titik mutasi yakni adanya perubahan yang memengaruhi protein spike atau protein tanduk. Sementara 15 di antaranya yang memberikan kode reseptor binding domain.
Disamping itu, Tedros turut prihatin terhadap kebanyakan orang yang tidak peduli kasus ini karena dianggap ringan. Tedros pun mengatakan Omicron telah terdeteksi di 77 negara.
Inggris Raya menginformasikan kasus kematian pertama karena Omicron pada Senin, 14 Desember 2021. Total jumlah kasus Covid-19 varian baru ini tercatat 78.610 kasus pada Rabu, pekan lalu. Angka tersebut merupakan itungan jumlah harian tertinggi yang pernah dialami sejak pandemi muncul. Pada 8 Januari 2021, mencapai jumlah 68.053 kasus harian, berdasarkan catatan rekor sebelumnya.
Selanjutnya ialah Amerika Serikat yang terdeteksi temuan Omicron. Berdasarkan laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), sebelumnya hanya 0,4 persen hingga 4 Desember 2021. Amerika Serikat mengalami lonjakan angka menjadi 2,9 persen pada minggu berikutnya. Lajunya bahkan lebih tinggi di beberapa negara bagian, seperti New York dan Nee Jersey.
Walaupun Afrika Selatan merupakan Negara dengan deteksi Omicron yang pertama kali. Namun, ahli kesehatan masyarakat menyatakan kesimpulan terlalu awal bahwa Omicron disana kemungkinan mengalami gejala yang lebih ringan dari varian sebelumnya.
“Kami khawatir orang-orang akan mengabaikan Omicron karena gejala ringan. Tapi, kami telah belajar sekarang bahwa bila kami meremehkan virus ini, akan sangat berisiko,” ucap Tedros.
Peneliti dari Afrika Selatan menyatakan bahwa varian baru dapat melemahkan vaksin. Meskipun demikian, mereka melihat indikasi Omicron mengalami gejala ringan dibandingkan varian sebelumnya. Sedangkan, Dr. Anthony Fauci, Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional, Amerika Serikat mengatakan belum terkonfirmasi dengan jelas mengapa gejalanya lebih ringan di Afrika Selatan. Walaupun ada kemungkinan banyak masyarakat telah terinfeksi sehingga beberapa dari mereka sudah memiliki kekebalan.
Sumber: berbagai sumber
Discussion about this post