RASIONAL.CO.ID, DEMAK – Mengenal sosok Syekh Abdullah Mudzakkir (Mbah Mudzakir), yang makamnya berada di tengah laut, menjadi salah satu destinasi wisata religi di Demak.
Makam Mbah Mudzakir di Demak memang menjadi suatu hal yang tidak rasional, sebab posisinya tepat berada di tengah kepungan rob air laut.
Namun kenyataannya memang demikian, mengingat sosok Mbah Mudzakir ulama asal Demak yang diyakini merupakan Wali atau kekasihnya Allah.
Hal tersebut ditandai dengan salah satu karomah yang diberikan Allah kepada Mbah Mudzakir adalah makamnya tidak terendam air laut, padahal berada di Pantai Sayung Demak.
Lebih dari itu, karomahnya pun menaungi makam lainnya yang terdiri dari beberapa anggota keluarganya seperti istri dan anak-anaknya yang juga tidak terendam air laut.
Sehingga makam Mbah Mudzakir dan keluarganya tersebut dianggap keramat lantaran tidak terkikis dan tenggelam meski diterjang pasang surut air laut.
Terbaru, seorang nelayan muda Demak bernama Kiki berhasil selamat usai dihantam ombak selama seharian di laut dan ditemukan dalam keadaan memeluk ban di dekat makam Mbah Mudzakir. (Baca : https://www.rasional.co.id/dekati-makam-mbah-mudzakir-kiki-nelayan-muda-di-demak-yang-ditemukan-selamat-usai-perahunya-dihantam-ombak/)
Adapun untuk berziarah menuju ke makam Mbah Mudzakir, peziarah harus berjalan sepanjang 700 meter yang di samping kanan kirinya adalah air laut.
Selain bisa diakses dengan berjalan kaki, tersedia juga jasa perahu untu memudahkan perjalanan menuju lokasi makam Mbah Mudzakir.
Dirangkum dari beberapa sumber, berikut sosok Mbah Mudzakir atau Syekh Mudzakir seorang ulama asal Demak yang hingga kini makamnya selalu ramai dikunjungi meskipun berada di tengah laut.
Nama Syekh Abdullah Mudzakkir cukup dikenal di kalangan santri di wilayah Demak dan sekitarnya. Syekh Abdullah Mudzakkir atau akrab dipanggil Mbah Mudzakkir merupakan salah satu ulama besar yang menyiarkan Islam di kawasan Pantai Sayung, Demak.
Bahkan ulama yang lahir di Dusun Jago, Desa Wringinjajar, Kecamatan Mranggen tahun 1869 itu disebut sebut sebagai pencetak kader para kiai muda di Demak dan sekitarnya.
Sebelumnya Syekh Abdullah Mudzakkir banyak berguru kepada ulama dari berbagai daerah salah satunya dengan Syekh Soleh Darat.
Sekitar tahun 1900 Dia menetap di Tambaksari, Bedono menikah dengan Nyai Latifah dan Nyai Asmanah. Beberapa waktu kemudian dia menikah lagi dengan Nyai Murni dan Nyai Imronah. Dari empat istrinya Mbah Mudzakir dikaruniai 18 anak.
Sesungguhnya dahulu, Dusun Tambaksari tempat dimana makam Mbah Mudzakir berada adalah daratan. Namun karena terus-menerus terkena banjir rob air laut akhirnya daratan itu mengalami abrasi sehingga keberadaan makam Mbah Mudzakkr berada di tengah laut.
Berkembang mitos bahwa makam Syekh Abdullah Mudzakir itu “mengapung” sehingga tidak akan tenggelam kendati pasang air laut tinggi.
Hal tersebut diyakini masyarakat dikarenakan keluhuran budi Syekh Mudzakir semasa hidupnya yang melakukan syiar di wilayah tersebut dan sangat berjasa dalam pembangunan akhlak warga setempat, baik dalam hal ilmu agama maupun tradisi yang diajarkan.
Konon Mbah Mudzakir yang sehari-hari menjadi petani tambak itu juga menguasai ilmu kanuragan dan kebal dari berbagai macam senjata.
Mbah Mudzakir kerap dimintai orang untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Kendati demikian, dia tak mengharapkan imbalan dari pertolongannya itu.
Tak dipungkiri, keahlian dan keikhlasannya membuat nama Syekh Mudzakir kian dikenal orang dan sangat mendukung upayanya dalam melakukan syiar Islam. Pada tahun 1950 Mbah Mudzakir meninggal dunia dalam usia 81 tahun.