RASIONAL.CO.ID, Jakarta – Kuliah S1-S3 di luar negeri dengan beasiswa bukan lah hal yang sulit. Seorang mahasiswa alumni dari Seoul National University (SNU), University of Twente Netherlands, kini melanjutkan studinya di Chalmers University of Technology Sweden.
Untuk mencapai pendidikan tinggi di luar negeri, Muhammad Ridwan Dzikrurrokhim, mengaku tak bermodal orang yang beruntung begitu saja. Tapi dia sudah mempersiapkan jauh hari bahkan sejak masih SMA.
“Sejak SMA udah pengen kuliah di luar negeri, nah aku persiapan dan punya TOEFL. Tapi, sudah mau expired TOEFL nya, sayang kan kalau ga dipake, akhirnya aku iseng-iseng daftar beasiswa ke Korea tahun 2014,” ungkapnya seperti dikutip laman lembaga bimbingan kuliah di luar negeri, Kobi Education, Ahad (2/01/2022).
Baca juga: 4 Tips Atasi ‘Mager’ Saat Kuliah Semester Akhir
Meski sempat kuliah di UGM selama satu semester, Ridwan mengaku memanfaatkan TOEFL-nya yang sudah hampir kadaluarsan, sehingga dia mencoba mendaftar beasiswa Korean Government Scholarship Program (KGSP) ke Korea.
Setelah mendaftar, perjalanan Ridwan dalam mendapatkan beasiswa tidak lah mulus. Dia tidak langsung lolos melainkan hanya masuk kuota cadangan.
“Sempet jadi cadangan, KGSP ada kuota per negara. Tapi ternyata aku dapat kuota extra, kalau total dari seluruh negara bisa berangkat gitu. Akhirnya aku dapet,” ujarnya.
Dengan kuota cadangan, artinya dia harus menunggu ada kandidat yang mengundurkan diri, barulah dia bisa menjadi awardee beasiswa. Alih-alih menunggu lama, akhirnya Ridwan justru mendapatkan kuota extra, dari penerima negara lain yang mengundurkan diri.
Setelah diterima kuliah di Korea Selatan, Ridwan mengaku merasakan perbedaan dengan kuliah di Indonesia. Di sana, Ridwan bahkan bisa memanfaatkan waktu kuliahnya dengan mengambil jurusan yang lain.
“Beda banget kuliah di Korea, sistemnya kaya di Amerika. Bener bener bisa explore buat ambil kredit yang dari fakultas apa aja dan GKS S1 Double Major bisa,” terangnya.
Ridwan sendiri mengambil S1 di Bidang Earth and Environmental Sciences dengan double major di bidang Global Environmental Management di Kampus Seoul National University (SNU).
Selepas lulus dari SNU, Ridwan kemudian lanjut S2 di Belanda dengan beasiswa dari University of Twente.
Menurutnya, hal yang dipersiapkan dalam mendapatkan beasiswa adalah dengan melakukan riset dan perhitungan matang sebelum daftar.
“Sebelum daftar aku emang udah kepo dan itung apakah beasiswa dari kampus cukup buat hidup, aku itung tempat tinggal berapa, makan berapa, transportasi dan lainnya,” ucap mahasiswa yang sekarang tinggal di Swedia.
Hal yang diriset dan dihitung misalnya adalah besaran beasiswa dari kampus untuk membiayai seluruh kebutuhan hidup dan SPP selama di Belanda.
Setelah perhitungan dirasa cukup, baru Ridwan memberanikan diri mendaftar dan akhirnya mendapatkan beasiswa untuk lanjut S2 di Bidang Environmental and Energy Management.
Tidak puas hanya menjadi lulusan S2 di Belanda, Ridwan kemudian mendapatkan posisi sebagai PhD student di Chalmers University, Swedia.
“Aku awalnya cuma nyoba-nyoba doang. Tapi ketika apply, aku seriusin. Awalnya pengen cari kerja dulu, tapi yang di Swedia ini topiknya menarik banget dan aku merasa cocok dengan topik ini,” jelasnya.
Pada posisi ini, Ridwan diberi gaji dan employee benefit yang lebih dari cukup untuk menghidupi kebutuhan hidup dan biaya kuliah.
Dia akan melakukan studi tentang target energi nasional dan perubahan iklim dengan minat khusus di kawasan Asia Tenggara.
Sumber: berbagai sumber
Discussion about this post