RASIONAL.CO.ID, Jakarta – Infeksi Covid-19 terus melonjak jauh di atas puncak kasus ini sebelumnya di seluruh Amerika Serikat (AS). Hal ini terjadi ketika pembelajaran tatap muka sudah mulai diberlakukan kembali dan perkantoran juga sudah mulai masuk kembali.
Menurut data dari Universitas Johns Hopkins, total dalam tujuh hari kasus Covid-19 yang dilaporkan setiap hari di AS mencapai rekor pandemi yaitu 403.385 orang pada hari Ahad (2/1). Seperti dilansir dari wall street journal. Puncak ini hadir bersamaan dengan beberapa negara bagian yang berhenti memberikan laporan karena liburan tahun baru. Penundaan pelaporan kemungkinan akan menyebabkan lonjakan laporan kasus ini lebih tinggi.
Baca juga: Obat COVID-19 akan Masuk RI Januari 2022 Mendatang
Rawat inap untuk Covid-19 yang dikonfirmasi di AS juga tinggi. Dilaporkan selama tujuh hari mencapai angka 97.855 jiwa, pada hari Senin (3/1), menurut data yang diposting oleh Departemen Kesehatan & Layanan Kemanusiaan AS. Angka tersebut meningkat sebanyak 41% dalam dua minggu terakhir, tetapi rawat inap ini tetap di bawah puncak pandemi 137.510 jiwa pada 10 Januari 2021 lalu, dan puncak yang lebih kecil 102.967 jiwa pada 4 September 2021, selama gelombang Delta.
Kelompok-kelompok yang mewakili dokter dan perawat darurat di Massachusetts memperingatkan bahwa ruang gawat darurat ada pada kapasitas kritis dan mengatakan situasinya kemungkinan akan memburuk. Kelompok tersebut menyarankan orang untuk tidak menggunakan ruang gawat darurat untuk pengobatan rutin atau gejala ringan.
“Dalam beberapa hari dan minggu mendatang, kita akan melihat lebih banyak perawat, dokter, dan staf pendukung terinfeksi dan tinggal di rumah untuk mengisolasi diri untuk sembuh,” kata Massachusetts College of Emergency Physicians dan Massachusetts Emergency Nurses Association.
Kondisi Amerika yang mengkhawatirkan ini jelas mengganggu stabilitas negara-negara lain di dunia. Di saat negara lain sudah hampir selesai dengan permasalahan virus, di sisi lain, Amerika malah sedang berjuang untuk menghentikan lonjakan hebat kasus Infeksi Covid-19 yang diduga dari varian baru Omicron.