RASIONAL.CO.ID, Jakarta – Institut Agama Islam (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, Jawa Barat akan beralih status sebagai Universitas Islam Siber Syekh Nurjati Indonesia (UISSI). Ternyata bukan hanya negara Korea yang punya universitas siber, Indonesia pun akan segera menyusul.
Sumanta Hasyim selaku rektor IAIN Cirebon menyatakan, tranformasi alih status tersebut ditandai secara formal dengan soft launching Program Studi Siber PAI di Kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Selasa (14/12/2021). Sumanta menambahkan, proses transformasi IAIN Cirebon menjadi UISSI masih terus berlangsung di tahap kementerian.
“Pendirian ini adalah hasil kerjasama yang saat ini sedang berjalan, dan posisinya di Menpan RB. Kami berharap dapat diproses dengan cepat, sehingga berdiri universitas yang memiliki cyber islamic university– yang baru satu-satunya di Cirebon,” ujar Sumanta dalam keterangan tertulis, Senin (13/12/2021).
Dalam transformasi menjadi UISSI, Sumanta menuturkan program PJJ PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) yang terakreditasi Unggul sudah beroperasi sejak tahun akademik 2022-2022 untuk mahasiswa se-Indonesia. Targetnya, seluruh prodi yang terakreditasi Unggul akan digelar sebagai menjadi model cyber university pada 2022.
Direktur Jendral (Dirjen) Pendidikan Islam Kemenag Muhammad Ali Ramdhani mengatakan, kehadiran Cyber Islamic University ini merupakan upaya memenuhi janji UUD 1945. Harapannya, kampus ini dapat memastikan semua calon mahasiswa Indonesia bisa kuliah di perguruan tinggi keagamaan Islam.
“Dengan model pembelajaran yang sepenuhnya daring, mulai dari proses pendaftaran mahasiswa sampai kelulusan, Cyber Islamic University diharapkan akan menjadi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) pertama di Indonesia yang sepenuhnya diselenggarakan secara daring,” ucapnya.
Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis), Ditjen Pendis Suyitno mengatakan, kehadiran UISSI sebagai Cyber Islamic University juga merupakan langkah strategis Kemenag untuk peningkatan karir guru.
“Jadi Cyber Islamic University, UISSI ini bukan program gengsi-gengsian. Kita ini punya pekerjaan rumah 86 ribu guru yang belum sarjana karena tidak dapat meninggalkan tugas mengajarnya. Jika ini tidak kita atasi, maka mereka tidak dapat meningkatkan jenjang karirnya sebagai guru profesional, dan ini tidak boleh dibiarkan oleh Kemenag,” ucapnya.
Sumber : berbagai sumber
Discussion about this post