Kasus guru pesantren menghamili 12 santriwati tak paham berperilaku Islami. Seorang muslim harusnya memuliakan perempuan, apalagi anak di bawah umur yang sedang menuntut ilmu agama.
Perbuatan bejat seorang oknum yang memakai topeng sebagai ustaz bernama Herry Wiriawan (36) di sebuah asrama pondok pesantren wilayah Bandung, bukan lah ciri sikap hamba yang taat.
Dia tega memperkosa 12 santriwatinya, delapan di antaranya hamil dan sudah melahirkan anak. Modus dengan menjanjikan korban dibiayai pendidikannya hingga perguruan tinggi.
Mirisnya, aksi pria beristri ini dilakukan selama lima tahun terakhir, sejak 2016. Perbuatan mesumnya ini baru terungkap pada Juni 2021 setelah ada santriwati yang berani melapor.
Aksi keji tersebut tak bisa diklaim sebagai khilaf. Selama 5 tahun terakhir dia memperkosa gadis di bawah umur menunjukkan bahwa dia telah mengedepankan hawa nafsunya.
Padahal seorang muslim diwajibkan menundukkan pandangan kepada lawan jenis untuk menghindari fitnah. Apalagi bersentuhan dengan perempuan bukan mahrom. Hukumnya haram.
Islam menjaga kaum wanita dari segala hal yang dapat menodai kehormatannya, menjatuhkan wibawa dan merendahkan martabatnya. Itulah mengapa kaum hawa diminta menutup aurat.
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al Ahzab: 59).
Mengapa ada muslim yang bermaksiat?
Masyarakat mengenal istilah shalat rajin, maksiat jalan. Ini bukanlah pernyataan yang tepat. Sebab muslim yang mendirikan shalat, akan terhindar dari perbuatan keji dan mungkar.
Allah berfirman dalam surah Al Ankabut ayat 45: “Inna as-shalata tanha anil fahsya i wal munkari.” Artinya: Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar.”
Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab Az-Zawajir an Iqtiraf Al-Kabair menjelaskan, orang yang menampakkan keshalihannya, baik itu mengerjakan sholat, puasa, dan zakat, namun masih mengerjakan hal-hal yang dilarang Allah diganjar dosa.
Maksiat yang dilakukan orang yang rajin sholat itu merupakan pertanda runtuhnya ketakwaan dan rasa takutnya kepada Allah subhanahu wata ala. Kondisi ini terjadi karena ada yang salah dalam ibadahnya. Shalat 5 waktu yang dikerjakan cuma sebagai formalitas.
Shalat tidak sekadar mengawalinya dengan takbir, membaca Al Fatihah, sampai salam. Tapi pada hakikatnya ibadah ini bertujuan untuk mengingat Allah dalam kondisi apa pun.
Istilah mengerjakan shalat dan mendirikannya merupakan dua hal yang berbeda. Untuk bisa mendirikan shalat, seorang muslim harus bersedia menyempurnakan ibadah tersebut.
Mulai dari wudhu, memperhatikan kesucian diri dan tempat shalat, tuma’ninah, tentunya dengan hati ikhlas menghadap sang Pencipta. Tapi terkadang saat shalat, justru banyak hal urusan dunia yang diingat, sekali pun masalah sepele.
Menyempurnakan shalat
Untuk bisa menyempurnakan shalat, seorang muslim harus mulai dengan membulatkan niat. Lalu berwudhu sebagaimana sunnah Rasulullah secara baik dan benar.
Memang tidak mudah untuk bisa khusyuk, tapi upaya untuk mencapai keseriusan dalam menghadap Allah harus diusahakan. Salah satunya dengan cara shalat berjamaah.
Dalam tahap belajar, mulai lah dengan mengerjakan shalat di awal waktu bila sulit atau terkendala urusan-urusan lain. Saat mendengar adzan, yakinkan hati bahwa ini waktu untuk menghadap Allah, menunaikan hak dan kewajiban hamba kepada Rabb-nya.
Bila sudah terbiasa shalat di awal waktu, akan ada rasa ingin lebih meningkatkan ketakwaan. Ini pertanda dari Allah agar kita bisa memulai shalat berjamaah di masjid.
Rutinkan ibadah berjamaah ini setiap terdengar panggilan adzan. Bila sudah menjadi kebiasaan, tingkatan selanjutnya kita merasa butuh mengejarkan ibadah-ibadah sunnah, mulai dari shalat qobliyah, ba’diah, begitu pun shalat sunnah lainnya.
Rasakan kenikmatan beribadah ini. Jaga baik-baik rezeki dalam bentuk keimanan yang telah Allah berikan. Terus terima dan ambil tanda-tanda kebaikan yang Allah berikan.
Mulai dari keinginan untuk bersedekah lebih banyak dan lebih sering, mengerjakan amalan-amalan sunnah, lalu berusaha menyempurnakan rukun Islam kelima, yakni berhaji.
Semoga bermanfaat.
Discussion about this post