Bekam merupakan teknik pengobatan yang sudah ada sejak 2000 tahun SM. Tulisan tentang bekam yang paling kuno tercatat di Eiber Papyrus salah satu buku kedokteran paling tua yang ditulis 1550 tahun SM. Hipokrates, 400 SM, menggunakan bekam untuk mengobati penyakit dalam (Bentley et al., 2012).
Jadi Hipokrates juga menganjurkan pemakaian bekam untuk terapi. Sebagai pengobatan kuno Bekam sudah menyebar di berbagai benua dan berkembang sesuai lingkungannya. Lamanya bekam digunakan masyarakat hingga sekarang merupakan bukti tak terbantahkan bahwa bekam aman dan efektif untuk pencegahan maupun pengobatan. Di Indonesia masyarakat mengenal bekam seiring perkembangan agama Islam. Terapi bekam sampai sekarang berkembang terutama di lingkungan masyarakat muslim. Hal tersebut tidak terlepas dari hadist shahih yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW diperintah malaikat untuk mengajak umatnya berbekam sakit (Al-Bedah et al., 2019).
Pada saat kop bekam mengenai jaringan kulit selama beberapa menit, kulit mengalami hipoksia (kondisi kekurangan oksigen). Sebagai upaya pertahanan diri kulit membuat sinyal sebagai tanda minta tolong. Bentuknya berupa produksi sinyal Hipoxia Inducible Factor-1α (HIF-1α). HIF-1α ini selanjutnya akan mengaktifkan imunitas makrofag di kulit yang kemudian mengaktifkan gen pro-radang seperti Interleukin-1 (IL-1), IL-4, IL-6 dan TNF-α. Interleukin-6 (IL-6) ini kemudian merubah sel darah putih monosit menjadi makrofag. Makrofag dan kawan-kawannya ini selanjutnya bertindak sebagai aparat imunitas. Mereka akan membersihkan sel-sel rusak, sel mati, dan mikroorganisme yang berbahaya bagi tubuh (Al-Bedah, et al, 2019; Widada, W. et al. 2017).
Disini bekam berperan sebagai trigger atau pemicu peningkatan sel imun makrofag dan kawan-kawannya. Bila mereka sudah aktif maka secara promotif-preventif tubuh yang sehat akan lebih sehat, dan secara kuratif-rehabilitatif tubuh yang sakit akan lebih cepat mendapat kesembuhan.

SEL RADANG : MONOSIT, MAKROFAG DAN INTERLEUKIN-6
Monosit yang teraktivasi peradangan menghasilkan sitokin (sel-sel radang) dan berperan dalam peradangan lokal maupun sistemik. Monosit sangat infiltratif (bisa menembus sel) dan dapat merubah diri menjadi makrofag. Pada kondisi radang mereka berdiferensiasi (merubah diri) menjadi makrofag yang berperan dalam memperbaiki kerusakan jaringan. Waktu paruh monosit adalah 1-3 jam pertama hingga tujuh hari (Patel et al., 2017).
Makrofag yang menuju tempat trauma atau radang jumlahnya meningkat dan daya fagositnya terhadap kuman juga meningkat. Meningkatnya jumlah makrofag ke tempat trauma ini berasal dari migrasi makrofag ke sumber rangsangan. Disamping disebabkan oleh percepatan penggandaan diri makrofag (Yang et al., 2014).
Awalnya IL-6 dikenal sebagai sitokin yang berfungsi sebagai mediator yang mempunyai efek yang beragam terhadap sejumlah sel sasaran, sehingga IL-6 pun dianggap sebagai mediator utama peradangan dan sistem imun. IL-6 ini dapat diangkut oleh peredaran darah untuk membangkitkan reaksi inflamasi ditempat yang berbeda sehingga sebenarnya lebih tepat berperan sebagai pengatur peradangan (Zhou SS, et al, 2012). Hasil ini sesuai dengan penelitian Tnaka, T. et al, (2017) yang melaporkan IL-6 bersifat anti radang. Penelitian Suwito, J (2020) juga melaporkan bahwa IL-6 menurun baik kelompok perlakuan maupun kontrol. Beberapa jurnal menyampaikan bahwa IL-6 dilaporkan meningkat sebagai bagian dari jalur inflamasi. Tetapi sedikit jurnal yang melaporkan bahwa IL-6 menurun pada jalur inflamasi. Interleukin-6 (IL-6) selanjutnya akan menstimulasi radang (Kishimoto, T, et al. 2015). Terapi bekam bersifat cidera dan trauma. Reaksi lokal di lokasi cedera atau infeksi menyebabkan aktivasi IL-6 yang memicu respon radang sistemik (Yang, 2019).
Jadi Interleukin-6 memiliki sifat yang unik, diawal bersifat pro-inflamasi (menstimulasi reaksi radang) dan berikutnya anti-inflamasi (menghambat reaksi radang). Pasien covid-19 yang sudah mengalami badai sitokin di saluran napasnya membutuhkan penghambat reaksi inflamasi. Terapi Bekam dapat menstimulasi IL-6 baik sebagai pro-inflamasi maupun anti-inflamasi. Masih belum jelas bagaimana dosis dan waktunya bekam pada penderita covid-19 (Widada, W, et al, 2020).
SOLUSI ILAHIYAH, ILMIAH ALAMIAH
Fenomena yang kita temui dalam pandemic Covid-19 di ruang perawatan rumah sakit antara lain pasien cemas memikirkan keluarganya, panik terhadap ancaman kematian, nyeri dada, sesak yang sangat, tidak berdaya, putus asa dan merasakan ajal sudah dekat. Semua ekspresi psikologis ini alamiah sebagai manusia namun bila tidak dikontrol dapat memperburuk kondisinya. Maka disini perlu kita urai bahwa manusia terdiri dari tiga aspek penyusun yaitu biologis, psikologis dan (ruh) spiritual . Ini adalah satu kesatuan, tidak bisa dipisah-pisahkan. Aspek Spiritual selama ini kurang mendapat perhatian justru ia merupakan pembeda dengan makhluk yang lain. Terapi Bekam Sunah ini berperan sebagai model pengobatan yang bersifat alamiah, ilmiah maupun ilahiyah.

Titik sunah meliputi dua titik Al-Akhda’ain, satu titik Al-Kaahil, dua titik Katifain, dua titik Paru didada depan dan satu titik Tymus. Bekam dilakukan seminggu sekali, delapan titik.
Bekam Sunah berperan sebagai pembangkit radang dan pada saat yang lain menurunkan gejala radang melalui kerja Monosit, Makrofag dan IL-6. Peran yang berbeda bergantung kondisional imunitas ini disebut sebagai imunomodulator.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bedah, A. M. N., Elsubai, I. S., Qureshi, N. A., Aboushanab, T. S., Ali, G. I. M., El-Olemy, A. T., Khalil, A. A. H., Khalil, M. K. M., & Alqaed, M. S. (2019). The medical perspective of cupping therapy: Effects and mechanisms of action. Journal of Traditional and Complementary Medicine. https://doi.org/10.1016/j.jtcme.2018.03.003
Elsayed HS ., M, A., NAA, O., HA, E. G., & YM., F. (2013). Anatomical Sites for Practicing Wet Cupping Therapy (Al-Hijamah): In Light of Modern Medicine and Prophetic Medicine. Ahem Integ Med, 2: 138, 2–30. https://doi.org/10.4172/2327-5162.1080138,
Mourad, SA, and Soad K. Al-Jaouni. 2016. The Effect of Wet Cupping on Blood Haemoglobin Level. Altern Integr Med 2016, 5:2
Ridhoi, MA. 2020. Mengenal Badai Sitokin yang Sebabkan Kematian Penderita Virus Corona, https://katadata.co.id/berita/2020/03/31/mengenal-badai-sitokin-yang-sebabkan-kematian-penderita-virus-corona
Widada, W. 2017. The Wet Cupping Therapy Stimulates Inflammatory Responses. 1st International Integrative Conference on Health, Life and Social Sciences (ICHLaS 2017) https://www.atlantis-press.com/proceedings/ichlas-17/25886994
Yang Jiyeon, et al. 2014. Monocyte and macrophage differentiation: circulation inflammatory monocyte as biomarker for inflammatory diseases. Biomarker Research 2014, 2:1
Zhou SS, Li D, Zhou YM, Cao JM (2012) The skin function: a factor of anti-metabolic syndrome. Diabetol Metab Syndr 4: 15.
Discussion about this post