RASIONAL.CO.ID, Jakarta – Bahan bakar minyak (BBM) tembus Rp 100.000 per liter membuat para tukang ojek di Kabupaten Tolikara, Papua, mengeluh. Mereka berharap ada solusi dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Lonjakan harga BBM tersebut dinilai sangat tidak masuk akal. persatuan abang ojek di wilayah tersebut menyebut harga kenaikan membuat sulit para tukang ojek untuk mencari nafkah.
Pasalya, untuk menjangkau daerah perkampungan sekitar, masyarakat di Tolikara selalu mengandalkan ojek guna membeli sandang pangan.
Ketua pangkalan ojek Cris Kogoya menuturkan kenaikan harga BBM terjadi menjelang Natal 2021 dan Tahun Baru 2022, bahkan harga tersebut masih bertahan hingga saat ini.
“Mahalnya harga BBM membuat masyarakat dari kampung sulit ke kota untuk menjual hasil pertanian dan membeli kebutuhan rumah tangga,” ujarnya dilansir dari CNN Indonesia, Selasa (4/1/2022).
Baca Juga: Perbandingan Mobil Bensin dan Mobil Listrik, Pilih Mana?
Diketahui, para tukang ojek mematok tarif sebesar Rp200.000 untuk perjalanan dari satu distrik ke distrik terdekat dengan jarak tempuh lebih dari 15 km. Akibat kenaikan harga BBM, ongkos ojek meroket menjadi Rp 400.000.
Kepala Dinas Kominfo Tolikara Derwes Yikwa membenarkan hal tersebut. Menurutnya, harga BBM, baik bensin maupun solar, tembus Rp50.000 hingga Rp100.000 per liter. Kenaikan harga tersebut sudah berlangsung sejak Desember 2021 hingga Januari 2022 saat ini.
Dia mendunga penyebab naiknya harga BBM di Tolikara lantaran pasokan yang biasanya datang dari Timika saat ini terhenti. Diikuti dengan pasokan BBM di Kabupaten Wamena Jayawijaya yang telah berkurang.
“Sekarang di Kota Karubaga, Kabupaten Tolikara, sekitar Rp50.000 per liter, sementara harga solar sekitar Rp40.000 per liter. Apalagi, di distrik pelosok seluruh Tolikara harga BBM, baik bensin dan solar melonjak lebih tinggi sekitar Rp100.000 per liter,” kata Kepala Dinas Kominfo Tolikara Derwes Yikwa dalam keterangan tertulis.
Padahal, menurutnya, per liter bensin biasanya dihargai sebesar Rp25.000 di Kota Karubaga. Sementara itu, di wilayah distrik lainnya biasanya dihargai Rp50.000 per liter.
“Sebelumnya harga BBM solar dan bensin Rp25.000 per liter di Kota Karubaga, sedangkan di distrik Rp50 ribu per liter. Namun, saat ini lebih mahal dan tidak wajar,” katanya.