RASIONAL.CO.ID, Jakarta – Banjir bandang di Malaysia dipicu oleh tingginya curah hujan di sejumlah wilayah Negeri Jiran dan memakan korban jiwa sebanyak 10 orang selama akhir pekan lalu.
Perubahan iklim yang terjadi mengakibatkan banjir di beberapa kota Malaysia. Di antaranya Selangor, Negeri Sembilan, Kelantan, Pahang, Melaka dan Terengganu.
Ahli lingkungan, Renald Siew, angkat bicara mengenai banjir yang menerjang beberapa negara bagian adalah contoh yang jelas terkait cuaca tak terduga sebagai akibat emisi karbon yang tinggi.
“Saat kita mengeluarkan karbondioksida ke atmosfer, yang cenderung terjadi adalah menciptakan efek kebocoran (atmosfer) global” kata Siew dalam keterangan tertulis, Selasa (21/12/2021).
“Saat ada efek itu terkumpul, dampak jangka panjang dari ini adalah hujan tiba-tiba di daerah tertentu, dan itulah yang Anda lihat dalam banjir di Malaysia beberapa hari terakhir,” lanjutnya.
Dia juga menjelaskan bahwa angin manson timur laut biasanya berdampak di wilayah pantai timur semenanjung. Meski demikian banjir tahun ini juga melanda area di tengah semenanjung.
“Jadi semakin sulit bagi para ahli iklim untuk memprediksi cuaca dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi karena fenomena perubahan cuaca,” katanya.
Lebih lanjut, pemerintah setempat sudah menyatakan banjir kali ini terjadi sekali dalam seratus tahun.
Siew mengatakan Malaysia harus menjadikan insiden ini sebagai motivasi untuk fokus mengurangi emisi, menghentikan deforestasi, dan membangun dialog dengan masyarakat.
“Pemerintah harus menetapkan tindakan perubahan iklim yang akan memberikan pendekatan terpadu, dari tingkat kebijakan hingga tanggap bencana kita. Hal itu juga sebagai cara mengintegrasikan peran masyarakat dan LSM,” ucapnya.
Sumber: CNN
Discussion about this post